http://Cerdaspost.id , Di tengah hiruk pikuk panggung politik, janji-janji indah kerap dilantunkan oleh para pemimpin, seolah menjadi penyejuk bagi rakyat yang mendambakan perubahan. Mereka tampil di atas panggung megah, berbicara dengan keyakinan, seolah semua yang dikatakan adalah kebenaran mutlak. Namun di balik kata-kata manis tersebut, rakyat justru terpecah belah, dijadikan pion dalam permainan politik yang semakin meruncing.
Bendera-bendera warna-warni berkibar tinggi, simbol dari beragam partai politik yang menawarkan solusi bagi masa depan. Ironisnya, bendera-bendera itu tidak lebih dari alat tukar untuk kepentingan pribadi, demi kursi empuk yang akan diduduki setelah kemenangan diraih. Perbedaan politik seakan menjadi penentu jati diri, padahal di balik layar, perbedaan itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan.
Sementara di atas panggung mereka berlomba menjanjikan perubahan, di bawah, masyarakat saling serang, memutus persaudaraan yang telah lama terjalin. Tali kasih yang dulu mengikat erat mulai hilang, digantikan oleh kebencian dan saling curiga. Di saat rakyat berseteru, para elite politik justru tertawa di balik layar, merangkul tangan satu sama lain, menyusun strategi baru demi kepentingan mereka sendiri.
Pertarungan politik yang seharusnya menjadi ajang adu gagasan dan solusi, kini berubah menjadi panggung drama penuh manipulasi. Rakyat yang seharusnya menjadi pemegang kedaulatan, justru terjebak dalam pertarungan yang tidak pernah berpihak pada mereka. Janji yang dulu begitu manis dilantunkan, kini terasa hampa, seakan hanya menjadi bagian dari skenario besar yang sudah dirancang sejak awal.
Dalam kenyataan ini, masyarakat diingatkan untuk tetap berpikir kritis dan waspada. Tidak mudah terprovokasi dan tetap menjaga persaudaraan, agar tidak terjebak dalam permainan politik yang hanya menguntungkan segelintir orang. (BYP)